WhatsApp Image 2025-10-18 at 09.36.13

17 October 2025

Keluarga Kolping Nangga Resmi Berdiri di Lewa: Dari Sepuluh Orang Umat, Tumbuh Harapan Baru

Lewa, Sumba Timur – 16 Oktober 2025

Oleh: Adolf Parera

Dari sebuah dusun yang tenang di pinggiran kota Lewa, Sumba Timur, tumbuh sebuah harapan baru: Keluarga Kolping Nangga. Berawal dari semangat sepuluh orang umat Stasi Alfonsus de Liguori Nanga, Paroki Lewa, pertemuan sederhana pada 5 Juli 2025 menjadi benih lahirnya komunitas baru Kolping di tanah Sumba.

Mereka memulai langkahnya dengan niat tulus dan tekad sederhana — mendirikan Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP). Dari hasil kerja keras dan kedisiplinan, dalam tiga bulan modal mereka telah mencapai Rp 2.800.000, yang kini telah berputar di antara anggota. Angka yang kecil bagi sebagian orang, namun besar maknanya bagi komunitas yang ingin belajar berdiri di atas kaki sendiri.

Puncak perjalanan kecil itu terjadi pada 16 Oktober 2025, saat Keluarga Kolping Nangga dikukuhkan secara resmi oleh Sekretaris Karya Kolping Keuskupan Weetebula, Darius Malo. Hadir pula Ketua Kolping Indonesia, Bapak Adam Musi, yang saat itu tengah melaksanakan kunjungan dinas ke wilayah Kolping Weetebula.

Acara pendirian dipandu oleh Direktur Biro Nasional Kolping Indonesia, Paulce Parera, yang membuka kegiatan dengan pembahasan singkat tentang Anggaran Dasar Keluarga Kolping. Setelah disepakati bersama, seluruh anggota pendiri menandatangani Berita Acara Pendirian, menandai lahirnya keluarga Kolping baru di bumi Lewa.

Dalam suasana penuh kekeluargaan, para anggota kemudian memilih pengurus pertama. Dengan suara bulat, Bapak Joni Rada Kudu dipercaya sebagai Ketua Keluarga. Dalam sambutannya, Joni tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya.

“Kami bersyukur, komunitas kecil di pinggiran Lewa kini menjadi bagian dari keluarga besar Kolping — dari Keuskupan Weetebula, Kolping Indonesia, bahkan KOLPING INTERNATIONAL. Semangat kekeluargaan akan menjadi modal utama kami melangkah,” ujarnya penuh haru.

Sementara itu, Bapak Adam Musi menegaskan pentingnya semangat kemandirian sebagai roh Kolping.

“Kita tidak boleh bergantung pada orang lain atau dana dari Kolping luar negeri. Kita inilah Kolping. Semangat dan kerja kita sendiri adalah kekuatan kita,” tegasnya.

Dukungan juga datang dari Bapak Hendrik Nanga, sesepuh Kolping Lewa yang telah menjadi anggota selama 23 tahun. Ia mengingatkan bahwa kekuatan Kolping Lewa terletak pada kebiasaan belajar dan berbagi melalui arisan pendidikan.

“Kita tidak menunggu orang lain berbuat untuk kita, tetapi mulai dari apa yang ada,” katanya, memberi semangat bagi generasi baru Kolping di Nangga.

Nama “Nangga” sendiri diambil dari kata dalam bahasa Sumba yang berarti nangka. Buah yang harum dan berguna bagi banyak orang ini menjadi simbol dan filosofi hidup Keluarga Kolping Nangga — tumbuh dari tanah sederhana, berbuah untuk sesama, dan menyebarkan keharuman melalui karya nyata.

Dengan berdirinya Keluarga Kolping Nangga, satu lagi titik terang menyala di peta gerakan Kolping Indonesia. Dari sepuluh orang sederhana, lahir semangat besar: membangun kemandirian, memperkuat persaudaraan, dan menebar manfaat bagi sesama.